Setelah Jokowi Membocorkan Ciri-cirinya, Semakin Mudah Memilih Presiden
Cukupkah memilih presiden hanya mengandalkan ciri-ciri fisik seperti memilih satrio piningit?
Betapa susahnya menebak nama presiden berikutnya jika hanya mengandalkan jarwa dhosok Notonogoro dalam ramalan Jayabaya. No kedua dipahami banyak orang cocok disematkan kepada Susilo Bambang Yudhoyono dan Mulyono. Mulyono adalah nama kecil Jokowi.
Karakter Susilo Bambang Yudhoyono dan Jokowi juga dinilai banyak orang sesuai dengan ciri yang disebut oleh Ronggowarsito mengenai pemimpin Indonesia. Yaitu karakter satriyo boyong pambukaning gapura (ksatria yang membawa bangsa Indonesia ke pintu gerbang keemasan).
Lalu, sehabis Jokowi siapa? Dalam jarwa dhosok Notonogoro, berarti orang yang memiliki huruf jawa go di namanya. Ganjar Pranowo memiliki huruf go di awal namanya. Lalu, Sabtu (26/11) lalu, Jokowi memberikan resep jitu untuk memilih presiden pada 2024 kepada relawan Jokowi. Bukan kepada bangsa Indonesia lho ya karena ia menyampaikannya khusus di depan ribuan relawan Jokowi. Lalu, relawan Jokowi ramai-ramai menyatakan “pada 2024 manut Jokowi”. Mereka seperti sedang mengirim pesan kepada parpol untuk juga manut pada kehendak Jokowi. Di zaman Orba dulu, Cuma ada tiga parpol dan semua manut pada Soeharto.
Jokowi memberikan rahasia mengenai pemimpin yang layak dipilih, yaitu pemimpin yang memikirkan rakyat. Ciri-cirinya, berkerut wajahnya karena selalu memikirkan rakyat. Memutih rambutnya karena selalu memikirkan rakyat. Cukup kenali fisik yang seperti itu yang perlu dipilih. Jangan pilih calon pemimpin yang glowing wajahnya, yang selalu duduk di istana. Tak perlu melihat hal-hal lain. Oohya?
Oohya! Klik juga ya: https://oohya.republika.co.id/posts/190131/ciriciri-presiden-indonesia-menurut-jayabaya-ronggowarsito-dan-jokowi
Oohya! Kening berkerut, rambut putih, cocok dengan gambaran resi/begawan dalam kisah-kisah Jawa. Resi/begawan biasa digambarkan sebagai sosok cendekiawan yang bijaksana, pandai, berbudi luhur, dan disukai rakyat. Menurut Ronggowarsito, pengganti satriyo boyong pambukaning gapura adalah satrio pinandhito sinisihan wahyu (ksatria seperti begawan yang mendapat ridha Ilahi). Tentu bingung juga mencari calon presiden dengan gambaran yang diberikan oleh Ronggowarsito ini, seperti kebingungan memilih calon presiden yang memiliki huruf go di dalam namanya.
Membahas syarat calon presiden sebelum kemerdekaan dulu, dilakukan berhari-hari dalam rapat BPUPKI dan PPKI. Sebelum sampai kepada syarat calon presiden, terlebih dulu dibahas syarat warga negara.Warga negara adalah syarat mutlak bagi pembentukan negara selain wilayah. Supomo, anggota Panitia Perancang UUD, pada rapat 31 Mei 1945 menyatakan:
Tentang sjarat mutlak kedua, hal rakjat sebagai warga-negara. Pada dasarnja ialah, sebagai warga-negara jang mempunyai kebangsaan Indonesia, dengan sendirinya bangsa Indonesia asli. Bangsa Peranakan, Tionghoa, India, Arab jang telah berturun-temurun tinggal di Indonesia dan sebagai baru saja diuraikan oleh anggota jang terhormat Dahler mempunjai kehendak jang sungguh-sungguh untuk turut bersatu dengan bangsa Indonesia jang asli, harus diterima sebagai warga-negara dengan diberi kebangsaan Indonesia.
Dalam pembentukan negara Indonesia itu, menurut Supomo memang harus didasarkan pada semangat Indonesia yang asli. Yaitu semangat kebatinan Indonesia. Menurut Supomo, struktur kerohanian bangsa Indonesia bersifat dan bercita-cita pada persatuan hidup, persatuan kawulo-gusti, persatuan rakyat dengan pemimpin-pemimpinnya. Maka, negara Indonesia tidak bertindak sebagai seseorang yang maha kuasa, yang terlepas dari individu-individu manusia di wilayahnya, yang mempunyai kepentingan sendiri, terlepas dari kepentingan warga negaranya.
Dengan semangat Indonesia yang asli ini, kata Supomo:
Negara tidak mempersatukan dirinja dengan golongan jang terbesar dalam masjarakat, pun tidak mempersatukan dirinja dengan golongan jang paling kuat (golongan politik atau ekonomi jang paling kuat), akan tetapi mengatasi segala golongan dan segala seseorang, mempersatukan diri dengan segala lapisan rakjat seluruhnja.
Jadi, ketika membahas calon pemimpin, tentu bicaranya kepada seluruh rakyat Indonesia. Itu sebabnya partai-partai politik yang telah menetapkan calon presidennya, lalu diberi kesempatan untuk berkampanye agar calon presidennya diketahui oleh seluruh rakyat Indonesia. Bukan hanya untuk diketahui oleh relawannya saja.
Nah, syarat calon presiden yang dibahas di BPUPKI dan PPKI seperti apa? Panitia Perancang UUD mengusulkan bahwa yang dapat menjadi presiden dan wakil persiden adalah orang Indonesia asli yang beragama Islam. Tapi, pada sidang PPKI 18 Agustus 1945, Muh Hatta mengusulkan agar beragama Islam dicoret saja. Alasannya, hal itu bisa memunculkan kecemburuan. Lagi pula, kata Hatta, karena penduduk Indonesia 95 persen beragama Islam, tentu saja yang akan menjadi presiden kemungkinan adalah orang Islam.
Tapi “orang Indonesia asli” tidak dicoret. Meski PF Dahler, anggota BPUPKI yang warga peranakan Eropa, mengusulkan agar kata asli dicoret. Tetapi Ketua BPUPKI Radjiman Wedyodiningat menolaknya. Mengacu pada penjelasan Supomo pada 31 Mei 1945, orang yang sudah memiliki kebangsaan Indonesia dengan sendirinya disebut sebagai orang Indonesia asli. Jika orang-orang peranakan yang telah turun-temurun tinggal di Indonesia dan sudah diberi bebangsaan Indonesia –dengan demikian sudah memiliki kebangsaan Indonesia—tentu saja juga menjadi orang Indonesia asli.
Pada rapat 15 Juli 1945 ada yang mengusulkan agar calon presiden memiliki usia 40 tahun. Supomo menjelaskan, UUD tak perlu mencantumkan syarat umur, karena sudah barang tentu rakyat Indonesia tidak akan memilih anak berusia 10 tahun sebagai presiden. Selain itu, jika ditetapkan batas minimal berusia 40 tahun, kata Supomo, “Jika ada yang 38 tahun, sangat bijaksana, sangat pandai, sangat luhur budinya, sangat disukai oleh seluruh rakyat, hanya oleh karena kurang dua atau satu tahun, tidak bisa menjadi kepala negara.”
Nah, Supomo melontarkan syarat orang yang pantas dipilih sebagai begawan, eh sebagai presiden: Sangat bijaksana, sangat pandai, sangat luhur budinya, sangat disukai seluruh rakyat.
Bukan hanya sangat disukai oleh relawan lho ya.
Priyantono Oemar